Desa Pamotan Pangandaran

Sejarah dan Cerita Singkat Mengenai Kesenian Calung di Desa Pamotan

Kesenian Calung – Di udara senja Desa Pamotan, ketika angin laut mulai menyapa, terdengar gema bunyi bambu yang menenangkan—itulah suara khas calung. Kesenian calung bukan hanya alat musik, melainkan warisan budaya yang memadukan ritme, seni pertunjukan, dan identitas masyarakat Sunda di pesisir Pangandaran.

Asal-usul & Sejarah Singkat Calung

Orang Sunda memainkan calung sebagai alat musik bambu yang sudah mereka kenal sejak lama.
Seiring waktu, calung berkembang menjadi berbagai bentuk, seperti calung rantay dan calung jinjing. Di Pangandaran, seniman memadukannya dengan ronggeng dan musik tradisional dalam pertunjukan lokal.

Baca juga: Bukan Hanya Sebuah Ritual dan Perayaan, Ini Dia Makna Hajat Laut Yang Sesungguhnya!

Ciri & Karakteristik Kesenian Calung

Apa yang membuat calung berbeda dari alat musik lainnya? Pertama, bahan utamanya adalah bambu—tapi bukan sembarang bambu. Bambu yang digunakan biasanya jenis yang kuat dan mampu menghasilkan nada yang merdu.
Kedua, cara mainnya unik: pemain memukul bilah bambu dengan tongkat kecil (biasanya berlapis karet) sehingga menghasilkan nada kayu yang khas.
Ketiga, dalam pertunjukan calung biasanya ada elemen vokal, lawakan (banyolan), dan interaksi dengan penonton—menjadikannya hiburan sekaligus seni.

Calung di Desa Pamotan & Kalipucang

Di Desa Pamotan dan wilayah Kalipucang, calung sering tampil dalam acara adat, festival lokal, dan hajatan warga. Meskipun ada tantangan dalam mempertahankannya, ada juga upaya pewarisan ke generasi muda. Di Desa Kertayasa, para seniman melatih anak-anak memainkan Calung Jingjing untuk melestarikan budaya lokal.
Grup seni lokal seperti Tjiputra Haur Kuning di Desa Putrapinggan juga rutin menampilkan calung sebagai bagian dari repertoar mereka, untuk menjaga agar generasi muda tidak lupa akar seni daerah. 

Tantangan & Harapan Pelestarian

Seiring arus modernisasi dan masuknya hiburan modern, minat masyarakat—terutama generasi muda—untuk belajar calung kadang menurun.
Calung tidak hanya menghasilkan suara bambu; alat musik ini menyimpan memori, menceritakan kisah desa, dan menghubungkan antar generasi yang perlu terus mendengarkannya.

✨ Untuk cerita budaya lokal lainnya dan fakta seni khas Kabupaten Pangandaran, kunjungi artikel di website Desa Pamotan. Mari bersama menjaga alunan bambu agar suara calung terus bergema di Desa Pamotan, Kalipucang, dan seluruh Pangandaran — agar tidak hilang oleh waktu.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top