Desa Pamotan Pangandaran

Nilai-nilai Luhur di Balik Filosofi Urang Sunda

Di tanah Sunda, nilai-nilai budaya tak sekadar adat istiadat — mereka adalah pijakan hidup yang membentuk cara berpikir, berbicara, dan bertindak masyarakatnya. Filosofi Urang Sunda bukan hanya soal tradisi, melainkan pandangan hidup yang penuh kedalaman, harmoni, dan kebijaksanaan. Mari kita telusuri apa saja makna di balik filosofi ini yang terus hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh: Tiga Pilar Kebersamaan

Dari pepatah Sunda muncul tiga kata yang menjadi pilar utama: silih asih, silih asah, silih asuh. Artinya, saling menyayangi, saling mengasah (belajar), dan saling mengasuh (merawat). Filosofi ini mengajarkan bahwa dalam komunitas memang saling membantu bukan opsi — melainkan kewajiban moral terhadap sesama.
Nilai ini membangun rasa empati, kepedulian, dan kebersamaan di antara warga desa, dari generasi tua hingga muda. Ketika ada seseorang yang susah, maka orang lain merasa punya beban untuk ikut peduli.

Tri Tangtu di Buana & Pikukuh Sunda: Hubungan Manusia, Alam & Pencipta

Salah satu filosofi penting Urang Sunda yang banyak dibahas adalah Tri Tangtu di Buana, sebuah konsep hidup bersahaja yang memandang bahwa manusia harus selaras dengan alam dan pencipta. Konsep ini mengingatkan bahwa hidup bukan hanya tentang diri sendiri, tapi juga tentang hubungan antar manusia dan lingkungan sekitar.

Orang Sunda mewariskan dan menjunjung cara-ciri hidup seperti kejujuran, sopan santun, welas asih, tata krama, serta penghormatan kepada orang tua sebagai bagian dari pandangan hidup mereka.

Keberadaan Alam & Kosmologi: “Kekosongan yang Penuh”

Beberapa studi tentang kosmologi Sunda menunjukkan bahwa masyarakat Sunda memandang alam bukan sebagai objek untuk dikuasai, tetapi sebagai elemen hidup yang saling terhubung. Filosofi seperti “Kekosongan yang Penuh” menggambarkan hubungan manusia dengan alam dan Yang Gaib, bahwa alam memiliki jiwa dan manusia merupakan bagian kecil namun bermakna dalam keseluruhan jagat raya.

Orang Sunda memandang alam sebagai sumber kehidupan sekaligus guru; mereka menjaga harmoni universal melalui sinar matahari, hujan, embun, gemericik air, dan gemuruh angin.

Baca juga: Sejarah dan Cerita Singkat Mengenai Kesenian Calung di Desa Pamotan

Etos Kerja & Peribahasa: Hikmah dalam Kata-kata

Etos kerja Urang Sunda banyak tercermin dalam paribasa — pepatah tradisional yang mengandung nasihat moral dan cara hidup. Contohnya:

  • Kudu bisa ngeureut neundeun — artinya harus bisa menabung sedikit-sedikit agar di masa depan ada cadangan. 
  • Silih asah, silih asih, silih asuh — yang sudah disebut sebelumnya.

Peribahasa ini bukan kata kosong; ia membentuk karakter masyarakat menjadi mandiri, sabar, dan berorientasi jangka panjang.

✨ Filosofi Urang Sunda mengajarkan kita bagaimana hidup harmoni: dengan diri sendiri, sesama, alam, dan Tuhan. Nilai-nilai ini terus hidup dalam cara orang Sunda berbicara, bergaul, dan bersikap.

📚 Untuk cerita lebih mendalam tentang budaya, seni, dan filosofi lain Urang Sunda di penjuru Desa Pamotan dan Pangandaran, kunjungi artikel-budaya kami di website resmi Desa Pamotan. Mari terus lestarikan budaya, karena dalam tiap filosofi ada akar jiwa yang kuat.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top